Translate

27 Maret 2010

Kain Songket Palembang

-->
-->Kain Songket tidak hanya dikenal di dalam negeri, namun sudah meluas hingga mancanegara. Dari sekian banyak jenis songket yang dihasilkan beberapa daerah di Indonesia, songket Palembanglah yang dikenal paling mahal. Kekuatan dan bahan benangnya konon menjadikan songket Palembang berharga tinggi dan menjadi incaran pembeli.
Meski songket juga bisa ditemui di Sumatra Barat (dengan nama Pande Singke), Medan (Sumatra Utara), Pontianak, dsb, namun songket Palembang tetap dianggap mempunyai ciri tersendiri karena menggunakan benang emas sutra bercampur katun, sehingga hasil kainnya menjadi kaku atau keras. Meski demikian, belakangan banyak juga songket Palembang yang menggunakan benang perak, seperti yang biasa dipakai di Sumatra Barat.
Tidak diketahui secara pasti siapa sebenarnya pencetus ide pembuatan songket di Palembang. Namun, menurut budayawan yang menggeluti sejarah songket Ibrahim Julius Toha, songket Palembang dipengaruhi budaya Thailand yang pada saat itu menjadi jajahan Kerajaan Sriwijaya.
Songket buatan zaman dulu harganya bisa mencapai Rp 40 juta, karena biasanya terbuat dari benang emas asli (benang emas jantung), yang berat emasnya bisa satu kg, 18 karat. Benang emas yang sekarang digunakan dibeli dari Hong Kong, yang emasnya dicampur logam dan harganya lebih murah. Selain itu, juga didatangkan dari India, namun tidak terlalu menonjolkan warna keemasannya.
Ketika zaman Jepang, warna songket Palembang hanya ada tiga, yaitu merah, hijau, dan biru. Biasanya warna merah digunakan untuk busana pengantin, hijau untuk orang tua, dan biru untuk keperluan lainnya. Namun, sekarang semua warna bisa dipadukan menjadi kain songket, tergantung permintaan.
Sehelai kain cantik ini, bisa mencapai harga Rp. 500.000,- bahkan jutaan dengan waktu yang cukup lama, 7 hingga 10 hari. Untuk kain yang lebih berkualitas, dengan memakan waktu yang lebih lama pula, berada dalam kisaran harga Rp 5.000.000,- lebih.
Supaya lebih awet, dalam gulungan tadi dapat diselipkan cengkih atau merica. Jangan sekali-kali menggunakan kamper atau kapur barus, karena justru bisa merusak kain. Saat ini, lanjut Ibrahim, kain songket bisa dicuci biasa. Namun, ketika menjemur jangan langsung di bawah terik matahari, agar warnanya tidak pudar. 
Sumber : http://mediaindonesia.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Pesan Di Sini